Tragedi Tersembunyi: Bantar Gebang dan Kisah yang Tak Pernah Diangkat - PODCAST
Published by
Aminudin Aszad
Halo pendengar, selamat datang di Suara Sejarah Indonesia, podcast yang mengangkat cerita-cerita kelam dari tanah air — kisah-kisah yang terlupakan, disembunyikan, atau sengaja dibungkam.
Podcast hari ini, kita akan menelusuri bau tajam dan kabut tebal di sebuah tempat yang jadi tumpuan terakhir dari kota megapolitan: Bantar Gebang, gunung sampah raksasa bagian timur di Jakarta. Tapi ini bukan hanya soal sampah. Ini soal nyawa yang hilang tanpa berita, anak-anak yang lahir di tengah racun, dan tragedi yang perlahan ditelan diam.
Apa Itu Bantar Gebang?
Bantar Gebang. Nama yang mungkin sering kita dengar saat membahas sampah Jakarta. Tapi tidak banyak yang tahu bahwa tempat ini bukan cuma TPA—Tempat Pembuangan Akhir—tapi juga kuburan tak resmi bagi harapan ribuan orang.
Setiap harinya, lebih dari 7.000 ton sampah dari Jakarta dikirim ke sana. Tumpukan sampah itu tidak hanya menimbun plastik dan limbah rumah tangga. Ia juga menimbun cerita-cerita manusia.
Tragedi yang Terjadi Tapi Tidak Diliput
Pada tahun 1990-an, dan bahkan hingga sekarang, beberapa kali terjadi longsor sampah. Para pemulung yang sedang bekerja tiba-tiba tertimbun oleh ribuan kilo sampah yang runtuh. Tidak ada laporan resmi. Tidak ada headline media. Tidak ada investigasi. Korban tidak masuk statistik nasional. Mereka seperti tidak pernah ada. Seorang warga pernah berkata:
"Kadang orang hilang itu biasa. Kalau besok ketemu badannya, ya sudah. Kalau nggak, ya dianggap sudah pergi.”
Itu kalimat yang menyakitkan. Tapi itulah kenyataannya.
Hidup di Tengah Limbah
Di sekitar TPA, ada ribuan warga yang tinggal. Banyak dari mereka bekerja sebagai pemulung, dari usia balita hingga lansia. Mereka hidup di tengah udara beracun, tanah tercemar, dan air yang mengandung zat kimia berbahaya. Banyak yang menderita penyakit kulit, gangguan pernapasan, bahkan kerusakan organ. Tapi mereka tetap bertahan. Karena, di sanalah satu-satunya sumber penghidupan mereka.
Kenapa Tragedi Ini Tidak Terdengar?
Kita sering hanya melihat tragedi sebagai sesuatu yang besar, meledak-ledak, atau terjadi dalam satu malam. Tapi tragedi Bantar Gebang adalah jenis lain dari tragedi. Ia berjalan pelan. Ia berlangsung selama puluhan tahun. Dan karena yang menjadi korban adalah mereka yang "tak bersuara", tragedi ini dianggap tak penting. Tidak ada perhatian. Tidak ada jurnalis khusus. Tidak ada komite penyelidikan. Ini adalah tragedi diam-diam.
Haruskah Kita Peduli?
Tentu saja harus. Kita semua, termasuk kamu yang sedang mendengarkan, menghasilkan sampah setiap hari. Sampah itu mungkin sedang dalam perjalanan ke Bantar Gebang. Ke tempat yang sama di mana anak-anak tumbuh dengan menghirup gas metana. Tragedi ini mungkin bukan di depan mata kita. Tapi itu tidak membuatnya jadi tidak nyata.
Bantar Gebang adalah gunung. Tapi bukan gunung harapan. Ini adalah gunung duka, yang perlahan mengubur orang-orang yang hidup di sekitarnya. Suatu saat, gunung itu bisa runtuh — bukan hanya secara fisik, tapi juga secara moral bagi bangsa ini.
Jangan biarkan suara mereka tertimbun. Terima kasih telah mendengarkan Suara Sejarah Indonesia. Bagikan cerita ini ke teman-teman, sahabat dan lainnya. Sampai jumpa di episode berikutnya.
Lihat Selengkapnya Google News
Might like this
Ebook Collection
Laskar Pelangi
Novel ini bercerita tentang anak-anak miskin di Belitung yang bersekolah di SD Muhammadiyah, hampir ditutup karena kekurangan murid.