pancasila soekarno

Selamat datang di “Suara Sejarah Indonesia”, podcast yang membongkar sisi-sisi masa lalu dari sejarah Indonesia.

Episode kali ini kita bahas:
Sejarah Tersembunyi Draf Awal Pancasila Versi Soekarno

Kita semua hafal lima sila Pancasila, kan?
Mulai dari Ketuhanan Yang Maha Esa sampai Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tapi… tahukah kamu kalau rumusan awal Pancasila yang disampaikan oleh Soekarno pada 1 Juni 1945 itu berbeda?

Bahkan jauh berbeda. Dan... nama “Pancasila” sendiri, baru muncul di akhir pidatonya. Yup. Di episode ini, kita akan kupas isi pidato itu, konteksnya, dan kenapa akhirnya Pancasila berubah jadi seperti yang kita kenal sekarang.

Draf Awal Pancasila ala Soekarno


Jadi, pada 1 Juni 1945, Soekarno berpidato selama hampir dua jam di depan sidang BPUPKI—itu semacam badan pembentukan dasar negara yang dibentuk Jepang sebagai "pemanasan" menuju kemerdekaan. Dalam pidatonya, Soekarno menyampaikan lima dasar negara yang ia usulkan. Dan ini dia versi awal Pancasila ala Bung Karno:

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Peri-kemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan


Kamu dengar kan? Urutannya beda. Kata-katanya pun beda. Dan bukan cuma itu… Bung Karno juga bilang, kalau mau diperas, lima sila ini bisa jadi tiga saja — yang dia sebut Trisila:
• Sosio-nasionalisme
• Sosio-demokrasi
• Ketuhanan yang berkebudayaan
Dan bahkan katanya bisa diperas lagi jadi satu sila saja.
Yaitu: Gotong Royong.

“Jika aku peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka inti Pancasila adalah... Gotong Royong.”

Kenapa Draf Itu Diubah?


Tapi... draf ini gak langsung jadi dasar resmi negara. Kenapa?
Karena... Indonesia terlalu beragam. Terlalu kompleks untuk satu suara.
Kelompok Islam, misalnya, merasa sila “Ketuhanan yang berkebudayaan” terlalu umum. Mereka ingin syariat Islam diakomodasi lebih jelas.
Makanya, setelah diskusi panjang lewat Panitia Sembilan, muncul yang kita kenal sebagai Piagam Jakarta, tanggal 22 Juni 1945.

Isinya mirip Pancasila sekarang, tapi... dengan tambahan 7 kata di sila pertama:
“Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”

Tapi ini juga menimbulkan keberatan, terutama dari perwakilan Indonesia Timur yang mayoritas Kristen.

Akhirnya, pada 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi, sila pertama diubah jadi versi kompromi:
“Ketuhanan Yang Maha Esa”

Makna yang Dalam...


Perubahan ini bukan sekadar penggantian kata. Ini adalah hasil kompromi nasional, agar Indonesia bisa berdiri bukan hanya untuk satu agama, suku, atau golongan…

Tapi untuk semuanya.
Dan itu luar biasa. Dari sini kita tahu, bahwa Pancasila bukan cuma ide Soekarno, tapi buah dari musyawarah, perbedaan, dan... keberanian untuk kompromi.

Jadi lain kali kamu dengar kata Pancasila, ingat: Di balik lima sila itu ada sejarah panjang, debat panas, dan pengorbanan banyak orang. Kita semua berdiri di atas pijakan sejarah itu.

Terima kasih sudah mendengarkan Suara Sejarah Indonesia. Jangan lupa subscribe podcast ini dan share ke temanmu yang suka sejarah tapi bosen dengan versi buku teks.
Sampai jumpa di episode berikutnya.
Dan ingat… sejarah tidak pernah hilang tapi akan dikenang.

Lihat Selengkapnya
Google News

Might like this

Ebook Collection