Kenapa Harus 17 Agustus? Rahasia Mistis di Balik Proklamasi - PODCAST
Published by
Aminudin Aszad
Halo pendengar semua, balik lagi di podcast Suara Sejarah Indonesia, tempat kita ngobrol masa lalu tapi membongkar sisi lain sejarah Indonesia.
Hari ini kita bahas pertanyaan yang mungkin pernah terlintas di kepala kamu: Kenapa sih Indonesia merdeka justru pada tanggal 17 Agustus 1945? Bukan 15, bukan 18, tapi tepat tanggal 17? Apakah cuma kebetulan? Atau... ada sesuatu yang lebih dalam?
Jadi gini… Proklamasi kemerdekaan Indonesia memang dibacakan oleh Soekarno pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Tapi ternyata… tanggal itu nggak dipilih sembarangan. Kita mulai dari sisi spiritual dulu, ya...
Bung Karno itu dikenal sebagai pemimpin yang bukan cuma nasionalis dan intelektual, tapi juga sangat spiritual. Dia percaya bahwa angka 17 punya makna sakral. Coba deh pikir:
Umat Islam salat 17 rakaat sehari.
Wahyu pertama Nabi Muhammad juga turun pada tanggal 17 Ramadhan.
Dalam kepercayaan Jawa, angka 17 dianggap membawa “tuah” alias keberuntungan.
Soekarno pernah bilang sendiri, "17 itu angka suci..." Buat dia, ini bukan soal numerik doang, tapi soal energi alam semesta.
Sekarang kita lihat dari sisi politik dan strategi. Waktu itu, Jepang baru aja menyerah kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus. Jadi tanggal 17 adalah momen kekosongan kekuasaan—alias nggak ada yang betul-betul pegang kendali.
Kalau Soekarno telat proklamasi, bisa-bisa Sekutu keburu masuk. Kalau terlalu cepat, bisa dituduh cuma boneka Jepang. Jadi, 17 Agustus itu semacam window of opportunity—momen emas yang tipis banget tapi pas!
Oke, sekarang kita ngomongin jam-nya. Kenapa jam 10 pagi? Menurut tradisi Jawa dan ilmu kebatinan, jam 10 itu waktu terang benderang—saat matahari sudah naik tinggi, membawa energi positif.
Simbol dari niat yang terang, tekad yang bulat. Dan secara praktis juga, jam segitu rakyat udah bisa kumpul, tapi pasukan Jepang belum sempat bertindak.
Fun fact lagi nih: kabarnya, Soekarno berkonsultasi dengan ahli falak dan spiritual Jawa. Nggak sedikit juga yang bilang, ia sempat diskusi dengan para kiai dan tokoh pesantren sebelum ambil keputusan final. Jadi, kemerdekaan kita itu bukan cuma hasil diplomasi atau perang ideologi. Tapi juga hasil dari olah batin, pertimbangan langit, dan perhitungan waktu yang sangat presisi.
Gimana? Keren banget kan? Ternyata di balik proklamasi yang kita hafal sejak SD itu, ada pertimbangan mistis, spiritual, dan politik yang saling bertaut. Soekarno bukan cuma orator, tapi juga seorang pemimpin yang mengerti irama semesta.
Itu dia episode kali ini: “Kenapa Harus 17 Agustus?” Kalau kamu suka topik ini, jangan lupa subscribe, share, dan kasih komentar.
Sampai jumpa di episode berikutnya—di mana sejarah nggak cuma soal hafalan, tapi soal makna dan simbol angka di hari kemerdekaan.
Lihat Selengkapnya Google News
Might like this
Ebook Collection
Laskar Pelangi
Novel ini bercerita tentang anak-anak miskin di Belitung yang bersekolah di SD Muhammadiyah, hampir ditutup karena kekurangan murid.