Warisan yang Memecah Kita: Divide et Impera dalam Sejarah Indonesia - PODCAST
Published by
Aminudin Aszad
Selamat datang di ‘Suara Sejarah Indonesia’, podcast yang mengangkat sisi-sisi tersembunyi dari sejarah panjang Indonesia. Di episode ini, kita akan membahas strategi kolonial yang cerdik sekaligus kejam: Divide et Impera atau pecah belah dan kuasai. Strategi ini jadi senjata utama Belanda untuk menaklukkan dan mempertahankan kekuasaan selama lebih dari 300 tahun di Nusantara.
Apa itu Divide et Impera?
Divide et Impera bukan hanya taktik militer, tapi juga strategi sosial, politik, bahkan psikologis. Tujuannya satu: membuat rakyat Indonesia tidak pernah benar-benar bersatu melawan penjajah. Dengan memanfaatkan konflik antar kerajaan, suku, bahkan keluarga bangsawan, Belanda masuk, menyusup, lalu menguasai. Ini bukan teori, tapi sejarah yang nyata.
Contoh-Contoh Taktik Pecah Belah
1 – Maluku Di Maluku, VOC datang bukan sebagai penakluk, tapi “teman.” Mereka bantu satu kerajaan melawan kerajaan lain. Setelah semua lemah, VOC justru menguasai semuanya dan memonopoli rempah-rempah.
2 – Perang Diponegoro Diponegoro tidak hanya melawan tentara Belanda, tapi juga bangsawan Jawa yang justru berdiri di pihak lawan. Belanda menjanjikan jabatan dan harta — dan berhasil memecah kekuatan rakyat.
3 – Aceh dan Sumatra Perang Aceh berlangsung lebih dari 30 tahun. Tapi Belanda tak hanya mengandalkan senjata. Mereka mengadu domba antara Kesultanan Aceh, Batak, dan kerajaan-kerajaan Melayu. Beberapa panglima lokal malah direkrut jadi pasukan anti-Aceh.
4 – Politik Rasial Belanda membentuk struktur sosial berdasarkan ras: Eropa di atas, Tionghoa sebagai perantara ekonomi, dan pribumi di bawah. Ketegangan etnis ini sengaja dibiarkan dan dimanfaatkan. Akibatnya? Tragedi seperti pembantaian orang Tionghoa di Batavia tahun 1740.
Dampaknya Masih Ada?
Warisan Divide et Impera tidak berhenti setelah kemerdekaan. Politik identitas, konflik antar kelompok, bahkan sistem birokrasi yang terbagi-bagi — sebagian merupakan jejak dari masa kolonial. Tapi memahami sejarah ini bukan untuk menyalahkan masa lalu, melainkan untuk belajar. Kita bisa lebih sadar bahwa perpecahan seringkali bukan berasal dari kita sendiri, tapi “warisan” sistematis.
Jadi, lain kali saat kita melihat konflik atau perpecahan, ingatlah — bahwa strategi “pecah belah” pernah menjadi alat penjajahan yang sangat efektif. Dan kini, kita yang harus menyembuhkannya. Terima kasih sudah mendengarkan Suara Sejarah.
Jika kamu suka episode ini, jangan lupa subscribe, dan bagikan ke teman-teman kamu. Sampai jumpa di episode selanjutnya. Salam Sejarah Indonesia.