soekarno

"Kita mengenalnya sebagai Proklamator. Presiden pertama Republik Indonesia. Tapi, tahukah kamu… bahwa Soekarno hampir terbunuh lebih dari tujuh kali? Ini bukan kisah dalam film, ini sejarah nyata. Yang dilupakan, atau sengaja disembunyikan."

Selamat datang di ‘Sejarah yang Tidak Kamu Temukan di Buku Sekolah’ — podcast yang mengungkap cerita tersembunyi dari sejarah Indonesia.

Hari ini, kita akan membahas sisi lain dari Presiden Soekarno — bukan tentang pidatonya, bukan soal karismanya — tapi tentang bagaimana ia berkali-kali nyaris kehilangan nyawa.

PERCOBAAN PEMBUNUHAN – CEPAT DAN MEMATIKAN


30 November 1957. Sekolah Cikini, Jakarta.
Soekarno baru saja selesai menghadiri acara ulang tahun sekolah. Ia masuk ke mobil dinas, tersenyum ke kerumunan murid. Lalu… BOOM. Granat meledak.
Sembilan orang tewas. Puluhan luka-luka. Soekarno selamat. Hanya karena ia lebih cepat naik ke mobil.

"Serangan itu dilakukan oleh sekelompok ekstremis, katanya. Tapi siapa dalangnya? Tak pernah jelas. Bahkan hingga hari ini.”


INTRIK DAN POLITIK DI BALIK BOM


Beberapa tahun sebelumnya, di tengah perlawanan PRRI dan Permesta, helikopter yang membawa Soekarno ditembak dari darat. Ia lolos—lagi. Apakah ini kerjaan pemberontak daerah? Atau operasi yang lebih besar?

Dan bagaimana dengan upaya CIA? Ya… CIA. Dokumen yang dibuka Amerika menunjukkan bahwa intelijen mereka menganggap Soekarno terlalu berbahaya—terlalu dekat dengan komunisme, terlalu berpengaruh di dunia ketiga. Mereka bahkan menyebar film porno palsu dengan aktor mirip Soekarno. Propaganda, fitnah, dan rencana ‘eliminasi’... semua pernah dirancang.

Kita lanjut ke tahun 1962. Masjid di Istana Cipanas. Soekarno baru saja selesai shalat Jumat. Beberapa detik kemudian, mimbar tempat ia berkhutbah… meledak.

Siapa pelakunya? Tidak pernah jelas. Tapi satu hal yang pasti: bom di masjid, di istana, pada masa damai… bukan kerja amatiran.

Setelah selamat berkali-kali, Soekarno mulai percaya: ada yang melindunginya.
Ia memakai cincin bertuah. Membawa keris kecil. Melakukan tapa di tempat-tempat keramat.

Bukan rahasia lagi, Soekarno sangat percaya pada wahyu kekuasaan — semacam ‘takdir leluhur’ bahwa dirinya memang dilahirkan untuk memimpin.

"Dalam satu wawancara, ia berkata:
‘Aku dilindungi oleh kekuatan dari tanah airku sendiri. Aku belum waktunya mati.’”


Bayangkan, jika salah satu dari upaya itu berhasil. Indonesia kehilangan pemimpinnya, bahkan sebelum kita sempat berdiri dengan utuh.

Sejarah mungkin berubah total. Tidak ada G30S. Tidak ada Orde Baru. Tidak ada Blok Non-Blok. Soekarno tidak sempurna. Tapi satu hal pasti—sejarah Indonesia berdiri di atas nyawa yang hampir hilang… berkali-kali.

Terima kasih sudah mendengarkan. Jika kamu suka cerita seperti ini, jangan lupa follow podcast ini dan bagikan ke temanmu. Sampai jumpa di episode berikutnya… yang akan membongkar sejarah lain yang lama dikubur.

Lihat Selengkapnya
Google News

Might like this