Cerita Mohammad Hatta Seorang Arsitek Diam di Balik Proklamasi - PODCAST
Published by
Aminudin Aszad
Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, kita sering mendengar nama Soekarno bergema sebagai sang orator ulung. Tapi di balik kata-kata penuh semangat itu... ada satu sosok pendiam, tenang, dan jenius… Dialah... Mohammad Hatta. Hari ini, kita akan menyusuri perannya secara singkat yang jarang dibahas… dalam episode: “Hatta: Arsitek Diam di Balik Proklamasi”
Mohammad Hatta Sebelum 1945
Sebelum tahun 1945, Hatta bukan tokoh biasa. Di usia mudanya, ia telah menantang Belanda melalui tulisan, pidato, dan debat internasional. Ia pernah berdiri di depan delegasi Liga Bangsa-Bangsa, menyatakan... “Indonesia bukan koloni. Kami bangsa yang berhak merdeka.” Di Belanda, ia memimpin Perhimpunan Indonesia, menulis artikel dalam bahasa Belanda dan Inggris, dengan argumen hukum yang sangat kuat.
Hatta, Penengah dan Perumus
Lalu datanglah Agustus 1945. Jepang menyerah kepada Sekutu. Tapi justru Jepang ingin “mengatur” kemerdekaan Indonesia agar tampak seolah hadiah. Kaum muda marah. Mereka menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, menuntut proklamasi segera. Di tengah ketegangan itu, Hatta menjadi penengah.
Ia tenang, meyakinkan semua pihak: “Kita akan proklamirkan kemerdekaan. Tapi dengan cara kita sendiri.” Malam 16 Agustus, di rumah Laksamana Maeda… ia ikut menyusun naskah Proklamasi. Kata-kata penting seperti: “Atas nama Bangsa Indonesia” …itu usulan Hatta — agar proklamasi bersifat menyeluruh, bukan hanya dari segelintir orang.
Strategi Setelah Proklamasi
Setelah kemerdekaan dikumandangkan, Hatta tak berhenti. Ia langsung menyusun sistem pemerintahan darurat… menghindari kekosongan hukum. Ia siapkan:
Kabinet presidensial
Komite Nasional
Jalur diplomasi ke Mesir, India, dan PBB
Dunia mulai melihat Indonesia bukan sebagai “bekas jajahan Jepang”, tapi sebagai bangsa merdeka. Hatta adalah arsitek diam yang membangun pondasi politik, hukum, dan diplomasi... Sementara dunia terpesona oleh pidato Bung Karno.
Suara Mohammad Hatta
Hatta tak pernah mencari sorotan. Ia tidak punya rumah mewah. Ia tidak mengejar kekuasaan. Tapi dari tangan dinginnya, lahir kemerdekaan yang penuh martabat. Ia pernah berkata: “Kemerdekaan itu bukan hadiah. Itu hak yang harus kita rebut... dan kita jaga.” Terima kasih, Bung Hatta… Untuk jalan panjang yang telah kau buka... dengan diam dan bijak.
Terima kasih sudah mendengarkan Podcast Suara Sejarah Indonesia. Jangan lupa subscribe platform ini dan sampai jumpa di episode selanjutnya.