Selamat datang di Podcast Cerita Horor Indonesia... tempat di mana cerita-cerita yang nyaris terlupakan... kembali kita dengar di kegelapan malam. Hari ini, gue akan ajak kalian ke lereng Gunung Semeru. Tapi bukan untuk mendaki... melainkan menyelami kisah yang gak pernah tercatat di log pendakian manapun. Sebuah tempat yang bahkan peta pun enggan menggambarnya... mereka menyebutnya: Jalur Mati.
Tahun 2023. Empat orang pendaki muda dari Jakarta naik ke Semeru. Namanya Raka, Dinda, Eki, dan Farel. Mereka gak cuma sekadar mendaki. Mereka bikin konten eksplorasi horor. Dan pas lagi di basecamp Ranu Pani, mereka denger satu cerita dari warga lokal... tentang jalur terlarang di sekitar Kalimati.
Jalur ini katanya dulu dipakai buat ritual persembahan. Bukan ke dewa, tapi... ke "penjaga". Penunggu Semeru. Makhluk yang dipercaya sudah ada sejak zaman Majapahit. Setiap kali desa tertimpa musibah, akan ada satu orang yang "dipanggil". Dan orang itu… akan masuk ke jalur ini sendiri, tanpa paksaan… lalu hilang.
Nah, anak-anak ini, justru makin penasaran. Apalagi Farel. Dia yang paling semangat ngajak menyimpang dari jalur resmi. Dan benar aja. Hari kedua, mereka nemuin jalur kecil ke arah timur Kalimati. Jalannya sempit, gelap, dan gak ada penanda apapun. Tapi yang aneh, begitu masuk… hutan langsung berubah. Gak ada suara burung, gak ada serangga. Cuma sunyi… dan bau kemenyan samar yang entah dari mana asalnya.
Mereka jalan sejauh kurang lebih satu kilometer, sampai ketemu reruntuhan batu kayak altar. Ukirannya udah aus, tapi satu tulisan masih bisa dibaca—pakai huruf Jawa Kuno: “Kembali… sebelum engkau dilihat oleh penjaga.”
Malam itu, Farel ngelamun terus. Dia ketawa sendiri, kayak ngobrol sama sesuatu. Raka sempat rekam pakai HP, tapi pas dicek... videonya korup. Dan keesokan paginya… Farel udah gak ada. Sleeping bag kosong. Sepatunya masih di tenda. Mereka cari seharian… tapi jalur itu kayak muter. Dinda mulai panik. Sore harinya, suara bisikan mulai muncul dari semak-semak.
“Satu... belum cukup...” Dinda pikir dia halu. Tapi malam kedua... Eki ditemukan tergantung di pohon. Mukanya biru, matanya terbuka, dan… tangannya nunjuk ke altar batu yang tadi mereka temuin. Di atas tanah, ada tulisan dari darah: "Penjaga telah bangun."
Raka dan Dinda kabur. Tapi jalur keluar gak bisa ditemukan. GPS mati. Kompas muter. Seperti ada yang nuntun mereka... untuk tetap di situ. Hari ketiga, cuma Dinda yang berhasil keluar. Tapi saat ditemukan warga… dia udah berubah.
Tatapan kosong. Gak nangis. Gak ngomong apa-apa... selain satu kalimat, diulang-ulang sambil senyum pelan: “Mahameru… minta darah…”
Sekarang, tiap tahun, warga sekitar selalu perhatiin siapa aja yang naik ke Semeru. Karena katanya… Jalur Mati hanya muncul buat yang “dipanggil”. Dan lo tahu apa yang paling serem?
Kalau suatu saat... lo naik ke Semeru… dan ngerasa ada jalur kecil yang kayak manggil-manggil... jangan pernah ikuti. Karena mungkin, lo yang berikutnya. Dan penjaga... belum kenyang.