soekarno

Tahukah kamu kalau Indonesia Hampir Jadi Monarki? Inilah Kisah yang Jarang Terungkap


Diawali dengan Latar Belakang Setelah Indonesia merdeka di tahun 1945, sistem pemerintahan yang diambil adalah republik, namun tahukah kamu bahwa sempat ada wacana untuk menjadikan Indonesia sebagai monarki konstitusional?

Wacana ini muncul bukan tanpa alasan. Tokoh yang disebut-sebut akan menjadi raja pertama Indonesia adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, penguasa Kesultanan Yogyakarta yang sangat berjasa dalam membantu kemerdekaan Indonesia.

Peran Yogyakarta dalam Kemerdekaan


Yogyakarta, di bawah kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono IX, secara terbuka mendukung Republik Indonesia. Bahkan, ketika kondisi Jakarta genting, ibu kota sempat dipindahkan ke Yogyakarta dari tahun 1946 hingga 1949. Di masa itu, Sultan memberikan banyak bantuan logistik, perlindungan, dan dana untuk perjuangan republik.

Karena kontribusinya yang sangat besar, banyak tokoh nasional – termasuk Presiden Soekarno – menghormatinya, dan muncul gagasan bahwa Sultan layak menjadi raja simbolik dalam sistem pemerintahan Indonesia.

Terdapat Wacana Monarki Konstitusional. Dalam Wacana monarki konstitusional, mulailah dibicarakan secara terbatas di kalangan elite politik. Ide utamanya adalah menjadikan Sri Sultan sebagai "Raja Indonesia", dengan jabatan simbolis seperti Raja Inggris di Inggris Raya, sementara kekuasaan pemerintahan tetap dijalankan oleh Presiden dan Perdana Menteri.

Tapi, ide ini mendapat penolakan dari banyak pihak – terutama karena semangat republik begitu kuat pascakemerdekaan. Para pejuang kemerdekaan tidak ingin menggantikan penjajahan asing dengan sistem feodal baru. Selain itu, Indonesia terdiri dari banyak kerajaan dan suku, sehingga menetapkan satu raja dianggap tidak adil dan berpotensi memecah-belah.

Sikap Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dalam hal tersebut, Menariknya Sultan Hamengkubuwono IX sendiri menolak gagasan itu secara halus. Ia dikenal sebagai pribadi yang sangat rendah hati dan menjunjung tinggi prinsip demokrasi. Ia lebih memilih menjadi bagian dari pemerintahan republik dan tetap fokus membangun Yogyakarta sebagai daerah istimewa yang setia kepada Indonesia.

Akhirnya dari wacana ini, ide inipun tenggelam seiring waktu. Namun, pengaruh Sultan tidak pernah hilang. Ia tetap dikenang sebagai raja yang memilih menjadi rakyat, dan jasa-jasanya membuat Yogyakarta mendapat status istimewa sampai hari ini — satu-satunya daerah di Indonesia yang dipimpin oleh raja dan gubernurnya tidak dipilih lewat pemilu.
Might like this