Ringkasan Info
Pembunuhan di Rumah Miring adalah novel misteri klasik karya Soji Shimada, penulis asal Jepang yang dikenal sebagai maestro genre locked-room mystery. Buku ini pertama kali terbit pada tahun 1982 di Jepang, dan diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Gramedia Pustaka Utama.
Novel ini mengambil latar sebuah mansion unik bernama Rumah Miring, yang dibangun dengan desain arsitektur aneh—lantai dan dindingnya miring, penuh lorong berliku, dan dihiasi boneka-boneka menyeramkan. Di tengah suasana musim dingin bersalju di Hokkaido, para tamu yang diundang ke rumah itu tiba-tiba terjebak dalam serangkaian pembunuhan misterius yang tampaknya mustahil dilakukan.
Dengan gaya penceritaan penuh detail logika dan teka-teki rumit, Soji Shimada menghadirkan kisah detektif klasik yang menguji kecermatan pembaca hingga akhir.
Alur Cerita Singkat
Cerita bermula ketika jutawan eksentrik Kozaburo Hamamoto mengundang sejumlah tamu ke rumahnya yang terkenal aneh, Rumah Miring, untuk merayakan Natal. Malam berjalan penuh keakraban hingga tiba-tiba terjadi tragedi: seorang tamu ditemukan tewas di kamar yang terkunci rapat dari dalam, tanpa jejak pelaku.
Saat para tamu masih kebingungan, korban kedua kembali muncul—juga di ruangan yang tak mungkin dimasuki siapa pun. Polisi setempat dibuat tak berdaya oleh misteri yang tak masuk akal ini.
Untuk memecahkan kasus tersebut, mereka memanggil Kiyoshi Mitarai, detektif jenius yang terkenal dengan kemampuan logika briliannya. Dengan menganalisis denah rumah, pola kejahatan, dan detail yang sering diabaikan, Mitarai perlahan mengungkap trik licik sang pembunuh, yang ternyata memanfaatkan keunikan arsitektur rumah tersebut.
Pesan Moral
Logika dan ketelitian adalah kunci kebenaran – Setiap misteri, seaneh apapun, memiliki jawaban jika dicari dengan cermat.
Jangan mudah tertipu oleh penampilan – Hal yang tampak rumit seringkali memiliki penjelasan sederhana jika kita melihat dari sudut pandang berbeda.
Keserakahan dan dendam bisa melahirkan kejahatan – Latar belakang emosional seseorang sering menjadi motif terbesar di balik kejahatan.
Pengetahuan membebaskan – Pemahaman akan detail teknis dan logika mampu mengalahkan ilusi yang menakutkan.