Theodor Herzl

Theodor Herzl: Si Pemimpi yang Mewujudkan Negara Yahudi

Pernah dengar nama Theodor Herzl? Buat sebagian orang, dia mungkin hanya nama dalam buku sejarah. Tapi sebenarnya, Herzl adalah tokoh penting yang idenya mengubah wajah dunia: dia adalah otak di balik berdirinya Negara Israel.

Dari Wartawan Jadi Pejuang Ide

Theodor Herzl lahir tahun 1860 di Budapest. Awalnya, dia bukan orang yang religius atau aktif dalam urusan Yahudi. Dia lebih dikenal sebagai jurnalis dan penulis yang bekerja di berbagai media di Eropa. Tapi hidupnya berubah drastis saat ia meliput kasus Dreyfus di Prancis—seorang tentara Yahudi yang dituduh berkhianat, padahal sebenarnya dia korban antisemitisme.

Peristiwa itu membuka mata Herzl. Ia sadar, selama orang Yahudi tidak punya negara sendiri, mereka akan terus jadi korban diskriminasi.

Lahirnya Gagasan Negara Yahudi

Tahun 1896, Herzl menulis buku Der Judenstaat (Negara Yahudi), yang langsung bikin heboh. Di sana, dia menyampaikan ide radikal: orang Yahudi butuh negara sendiri. Tempat di mana mereka bisa hidup aman dan dihargai, tanpa takut dikejar atau dikucilkan.

Setahun kemudian, dia menggelar Kongres Zionis Pertama di Basel, Swiss. Dalam kongres itu, gerakan Zionisme lahir, dengan tujuan mendirikan tanah air bagi orang Yahudi di Palestina.

Warisan Seorang Visioner

Herzl meninggal muda, di usia 44 tahun, sebelum mimpinya jadi kenyataan. Tapi warisannya terus hidup. Puluhan tahun kemudian, setelah perjuangan panjang, Israel akhirnya berdiri tahun 1948. Banyak yang menyebut, kalau bukan karena Herzl dan idenya, negara itu mungkin tidak akan pernah ada.

Hari ini, Herzl dianggap sebagai bapak pendiri Israel. Wajahnya ada di uang kertas, kutipannya dipajang di sekolah-sekolah, dan makamnya ada di Gunung Herzl, Yerusalem—tempat yang juga jadi lokasi pemakaman para pemimpin besar Israel.

Kesimpulan

Theodor Herzl bukan tentara, bukan presiden, tapi gagasan dan tekadnya menggerakkan jutaan orang. Ia bukti bahwa ide bisa mengubah dunia. Seperti yang dia bilang, “Jika kamu menginginkannya, itu bukan mimpi.”
Might like this